Jumaat, 11 November 2011

Allah Maha Pengampun - kisah teladan




Di zaman Nabi Musa ada seorang fasik yang suka melakukan kejahatan. Penduduk negeri tersebut tidak mampu lagi mencegah perbuatannya, lalu mereka berdoa kepada Allah. Maka Allah telah mewahyukan kepada Nabi Musa supaya mengusir pemuda itu dari negerinya agar penduduknya tidak ditimpa bencana. Lalu keluarlah pemuda tersebut dari kampunganya dan sampai disuatu kawasan yang luas, dimana tidak seekor burung atau manusia pun di situ.

Selang beberapa hari pemuda itu jatuh sakit. Merintihlah ia keseorangan, lalu berkata: "Wahai Tuhanku, kalaulah ibuku, ayahku dan isteriku berada di sisiku sudah tentu mereka akan menangis melihat waktu akan memisahkan aku dengan mereka (mati). Andaikata anak-anakku ada di sisi pasti mereka berkata: "Ya Allah, ampunilah ayah kami yang telah banyak melakukan kejahatan sehingga ia diusir dari kampungnya ke tanah lapang yang tidak berpenghuni dan keluar dari dunia menuju akhirat dalam keadaan putus asa  dari segala sesuatu kecuali rahmat-Mu ya Allah."

Akhir sekali pemuda itu berkata: Ya Allah, janganlah Kau putuskan aku dari rahmat-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa terhadap sesuatu." Seterlah berkata maka matilah pemuda itu.

Kemudian Allah mewahyukan kepada Nabi Musa, firmannya: "Pergilah kamu ke tanah lapang di sana ada seorang wali-Ku telah meninggal. Mandikan, kapankan dan sembahyangkanlah dia." Setiba di sana Nabi Musa mendapati yang mati itu adalah pemuda yang diusirnya dahulu. Lalu Nabi Musa berkata: "Ya Allah, bukankah dia ini pemuda fasik yang Engkau suruh aku usir dahulu." Allah berfirman: "Benar. Aku kasihan kepadanya disebabkan rintihan sakitnya dan berjauhan dari kaum keluarganya. Apabila seseorang yang tidak mempunyai saudara mati, maka semua penghuni langit dan bumi akan sama menangis kerana kasihan kepadanya. Oleh kerana itu bagaimana Aku tidak mengasihaninya sedangkan Aku adalah zat Yang Maha Penyayang di antara penyayang."

Rabu, 9 November 2011

seharum kasturi kerana takutkan Allah s.w.t




ketika ramai orang bertanya kepada Saidina Abu Bakar: " Kami selalu mencium bau harum kasturi dari tubuhmu sedangkan kamu tidak memakai kasturi. Apakah yang menyebabkan dirimu menjadi seharum kasturi?" Saidina Abu Bakar menjawab," Demi Allah, sudah bertahun aku tidak memakai kasturi tetapi bau harumnya bagaikan sebati dalam diriku. Mereka bertanya bagaimana boleh terjadi hal sedemikian.
Lalu Abu Bakar Al-Miski pun menceritakan peristiwa di sebalik keharuman kasturi itu. Pada suatu hari, ada seorang wanita yang melakukan tipu daya terhadapku sehingga aku masuk ke dalam rumahnya.
Ketika aku berada di dalam rumahnya, dia menutup semua pintu dan jendela rumahnya seraya menggodaku untuk melakukan maksiat. Aku kebingungan dan tidak tahu bagaimana harus melarikan diri. Lantas aku bertanya  wanita itu, " Aku ingin ke tandas untuk berhadas".
Lalu wanita tersebut memerintahkan pembantunya untuk menghantarku ke tandas. Sesudah berhadas, aku pun melumuri seluruh badanku dengan kotoran najisku. Kemudian aku kembali kepada wanita tersebut. Wanita tersebut sungguh terkejut dan marah dengan tindakanku dan menyuruh pembantunya mengusirku. Setelah itu, aku pulang ke rumahku dan mandi.
Pada malam harinya, aku bermimpi ada suara berkata kepadaku, "Kamu telah melakukan suatu amalan yang belum pernah dilakukan oleh siapa pun. Sungguh Kami akan mewangikan tubuhmu di dunia dan akhirat". Ketika aku bangun pagi keesokan harinya, aku merasakan tubuhku menyebarkan bau kasturi sehingga ke saat ini ia masih kekal.
Begitulah kisah para sahabat yang takutkan azab Allah s.w.t. Betapa perlunya perasaan takutkan Allah ini terselit dihati umat Islam yang inginkan kebahagiaan ukhrawi.
"Sesungguhnya orang-orang yang takut (melanggar hukum) Tuhannya semasa mereka tidak dilihat orang dan semasa mereka tidak melihat azab Tuhan, mereka beroleh keampunan dan pahala yang besar"- Al-Mulk:12.